BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pada era 80-an Indonesia telah mencapai swasembada
pangan. Akan tetapi, kini Indonesia justru mengimpor pangan dari negara lain.
Mengapa hal itu bisa terjadi? Padahal sebagian besar lahan yang ada di
Indonesia sangat produktif sebagai lahan pertanian karena Indonesia merupakan
negara agraris, banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut. Faktor pembanding
yang nampak terlihat pada era 80-an dan era global saat ini yaitu terletak pada
arah kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah terkait kesejahteraan
petani. Kurangnya penyaluran informasi yang sampai kepada petani merupakan
salah satu pemicu lambatnya pembangunan sektor pertanian Indonesia.
Mengapa pertanian di negara maju lebih cepat berkembang
dibandingkan dengan pertanian di Indonesia? Hal ini tentunya tidak terlepas
dari masalah keterbatasan-keterbatasan sektor pertanian Indonesia, seperti
keterbatasan pengetahuan petani, keterbatasan komunikasi antarpetani, dan
keterbatasan usia produktif, serta keterbatasan sumber daya manusia (SDM).
Keterbatasan pengetahuan petani dapat kita lihat dari
rendahnya tingkat pendidikan petani. Pada umumnya, petani menyelesaikan
pendidikannya hanya sampai jenjang SD dan SLTP. Kurangnya pengetahuan tentang
pilihan – pilihan potensial dalam meningkatkan efisiensi penggunaan lahan dan
meningkatkan produktivitas hasil usaha taninya. Hal ini tentunya akan
berpengaruh besar terhadap pembangunan sektor pertanian. Banyak potensi lahan
marjinal yang sebenarnya dapat diarahkan menjadi lahan produktif.
Permasalahannya yaitu kurangnya pengetahuan masyarakat pemilik lahan dalam
upaya memanfaatkan penggunaan lahan, pada umumnya masyarakat tidak tertarik
dalam mengelola lahan yang dimilikinya. Masyarakat hanya memiliki lahan hanya
untuk sekedar investasi saja, kemudian menjualnya kembali ketika lahan tersebut
sudah mencapai harga tinggi atau bahkan menggunakan lahan untuk pembangunan
gedung-gedung dan perumahan.
Masalah keterbatasan komunikasi antarpetani meliputi
jarak yang jauh, kendala-kendala fisik (sungai yang lebar, barisan gunung) dan
perbatasan nasional antar masyarakat tani, khusunya di daerah – daerah yang
tidak memiliki fasilitas transportasi umum atau jika ada fasilitas namun biaya
yang harus dikeluarkan tidak terjangkau oleh petani. Dengan adanya keterbatasan
tersebut, petani memiliki pengetahuan hanya sebatas pengetahuan lokal. Sehingga
dampaknya, petani kurang mendapatkan informasi-informasi seputar pertanian yang
maju.
Selain keterbatasan-keterbatasan yang disebutkan di atas,
terdapat satu keterbatasan yang nampak nyata pada saat ini yaitu keterbatasan
generasi-generasi penerus sektor pertanian yang berusia produktif (usia muda).
Yang kini kehadirannya mulai dipertanyakan. Pada dasarnya generasi usia
produktif saat ini lebih memilih bidang lain dibandingkan dengan bidang
pertanian, karena mereka berfikir pertanian merupakan profesi yang tidak
berkompeten, kumuh, dan bersifat kasar. Mereka beranggapan bahwa pertanian
tidak dapat menjanjikan masa depan yang cerah. Hasil yang didapatkan tidak
sebanding dengan bidang lain. Pemikiran-pemikiran tersebut mulai muncul ketika
melihat pengalaman-pengalaman orang tuanya yang terlebih dahulu menjadi petani
atau orang- orang disekitarnya yang berprofesi sebagai petani.
Pemikiran-pemikiran seperti inilah yang menjadikan pertanian seakan tidak
menarik untuk dikembangkan.
Adanya permasalahan-permasalahan ini, memunculkan suatu
pemikiran untuk mencari suatu solusi alternatif dalam mengatasi
keterbatasan-keterbatasan sektor pertanian secara efektif dan efisien sebagai
usaha dalam meningkatkan pembangunan sektor pertanian.
Dengan seiring berkembangnya jaman, Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK) mengambil peran penting di dalam meningkatkan pembangunan
sektor pertanian. Utamanya dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang
dihadapi sektor pertanian. Internet merupakan salah satu bagian dari teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) yang dihadirkan dari berkembangnya arus
globalisasi. Internet menyajikan banyak data dan informasi secara mendunia dan
tidak membatasi siapapun yang akan menggunakannya. Namun, kini hadirnya
internet belum dapat dirasakan oleh masyarakat tani. Jika dikaji kembali, TIK
menjanjikan berbagai macam keuntungan pada sektor pertanian. Dengan
memanfaatkan internet sebagai media alternatif, para petani dapat mencari
segala informasi seperti pemeliharaan tanaman dan hewan, pemberian pupuk,
irigasi, ramalan cuaca dan harga pasar
yang dibutuhkan untuk pengolahan pertaniannya dan dapat pula digunakan
oleh masyarakat desa untuk meningkatkan kesejahteraan perekonomian. Melalui
komunikasi dengan orang lain petani dapat menjual produk pertaniannya kepada
masyarakat maupun perusahaan diberbagai penjuru dunia. Dengan demikian,
diharapkan dapat sedikit membantu mengatasi kesulitan para petani dalam upaya
meningkatkan produktivitas bahan pangan serta produk pertanian lain yang
nantinya dapat bersaing dengan negara lain sehingga masyarakat memiliki kesejahteraan
ekonomi yang lebih baik.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk
memberikan solusi kepada para petani untuk dapat berkomunikasi dan memperoleh
informasi dari berbagai penjuru dunia. Sehingga petani dapat menjawab
permasalahan yang dihadapinya dari komoditas yang sedang diusahakannya.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan karya ilmiah ini adalah
sebagai berikut :
1. Mendorong terbentuknya jaringan informasi
pertanian di tingkat lokal dan nasional.
2. Mendorong petani agar memanfaatkan informasi
dalam kegiatan pengembangan, pengelolaan lahan pertanian secara langsung maupun
tidak langsung.
3. Membantu mengurangi hambatan dalam upaya
memasyarakatkan TIK sebagai usaha dalam pembangunan di bidang pertanian.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Globalisasi
adalah keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa, antar manusia diseluruh
dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer dan
bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas- batas suatu negara menjadi
sempit (Wikipedia, bahasa Indonesia). Kemajuan teknologi dewasa ini membawa kita kepada dunia global termasuk
dibidang informasi. Globalisasi informasi dewasa ini tidak lagi hanya diartikan
sebagai arus komunikasi massa dalam arti sekedar penyebarluasan siaran televisi
dan hiburan saja, namun sudah mencakup perluasan arus informasi ilmu
pengetahuan dan teknologi yang mendorong perluasan cakrawala informasi dan
wawasan manusia. Dalam perkembangan
globalisasi, dunia pertanian seakan dituntut untuk turut serta di dalamnya. Sistem pertanian modern yang di hadirkan di arus globalisasi,
memberikan pengaruh-pengaruh nyata terhadap pembangunan sektor pertanian.
Jika
berbincang mengenai informasi tentunya tidak terlepas dari peranan TIK.
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai bagian dari ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) secara umum adalah
semua yang teknologi berhubungan dengan
pengambilan, pengumpulan (akuisisi),
pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi
(Kementerian Negara Riset dan Teknologi, 2006: 6).
Di Indonesia, bidang teknologi informasi dan komunikasi merupakan salah
satu dari enam bidang fokus utama pengembangan iptek (Ristek
2005), yaitu:
[1] Ketahanan
pangan,
[2] Sumber
energi baru dan terbarukan,
[3] Teknologi
dan manajemen transportasi,
[4] Teknologi
informasi dan komunikasi,
[5] Teknologi
pertahanan, dan
[6] Teknologi kesehatan dan obat-obatan.
Salah satu
bidang yang sangat berpengaruh dengan hadirnya TIK adalah bidang pertanian. Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati
yang dilakukan manusia
untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri,
atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya (Wikipedia, Bahasa
Indonesia). Informasi pertanian merupakan salah satu faktor yang paling
penting dalam produksi dan tidak ada yang menyangkal bahwa informasi pertanian
dapat mendorong ke arah pembangunan yang diharapkan. Informasi pertanian
merupakan aplikasi pengetahuan yang terbaik yang akan mendorong dan menciptakan
peluang untuk pembangunan.
TIK mempunyai tiga peranan pokok
terhadap sektor pertanian yaitu :
1.
TIK merupakan instrumen dalam mengoptimalkan proses
pembangunan, yaitu dengan memberikan dukungan terhadap manajemen dan pelayanan kepada
petani.
2.
TIK mampu memberikan peningkatan pendapatan baik bagi
perorangan, dunia usaha dan bahkan negara dalam bentuk devisa hasil ekspor.
- TIK bisa menjadi perekat persatuan dan kesatuan
bangsa, melalui pengembangan sistem informasi yang menghubungkan seluruh
wilayah nusantara, yang menjangkau sampai ke pulau-pulau terpencil dan
pedesaan.
Berbagai peralatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) banyak mengalami perkembangan seiring dengan hadirnya globalisasi.
Peralatan TIK adalah peralatan yang digunakan untuk mendapatkan berkomunikasi
dan mendapatkan suatu informasi yang dibutuhkan melalui media elektronik maupun
media cetak. Dengan adanya peralatan TIK petani mendapatkan berbagai
kemudahan-kemudahan dalam berkomunikasi dan mendapatkan suatu informasi relevan
yang dapat menjawab persoalan-persoalan yang terkait dengan pertanian.
Peralatan-peralatan TIK yang dimaksud diantaranya : komputer, laptop, deksbook,
komputer genggam/ Personal Digital
Assistant (PDA), kamus elektronik, flash disk, televisi, radio, koran,
majalah, telepon, internet, email, dan pos.
Berikut adalah peralatan yang temasuk ke dalam Teknolgi
Informasi dan Komunikasi (TIK) yang dapat dimanfaatkan oleh petani :
- Kalkulator
Merupakan alat yang dapat digunakan petani untuk
memperoleh informasi hasil perhitungan angka.
- Komputer
Merupakan alat berupa hardware dan software yang dapat
digunakan oleh petani untuk membantu petani dalam mengolah data menjadi
informasi dan menyimpannya untuk ditampilkan dilain waktu. Informasi yang
dihasilkan komputer berupa tulisan, gambar, suara, video dan animasi.
- Laptop
Laptop merupakan peralatan yang fungsinya sama dengan
komputer namun bentuknya praktis dapat dilipat dan mudah dibawa kemana saja
karena menggunakan bantuan baterai charger sehingga bisa digunakan tanpa
menggunakan listrik. Dengan adanya laptop, petani dapat dengan mudah memberikan
suatu informasi kepada petani lainnya tanpa mengenal tempat baik itu di sawah,
di ladang, di pekarangan, di hutan, dll.
- Deskbook
Deksbook memiliki manfaat yang sama dengan komputer.
Deksbook merupakan peralatan sejenis komputer yang bentuknya praktis yaitu CPU
menyatu dengan monitor tetapi masih harus menggunakan listrik langsung karena
belum dilengkapi baterai.
- Personal Digital Assistant (PDA) / Komputer genggam
Peralatan ini sejenis komputer namun bentuknya sangat
kecil sehingga dapat dimasukan saku, manfaatnya hampir sama dengan komputer
dapat mengolah data, bahkan sekarang banyak PDA yang juga dapat berfungsi
sebagai Handphone (PDA Phone).
- Kamus Elektronik
Kamus elektronik adalah peralatan elektronik yang dapat
dimanfaatkan oleh petani untuk menterjemahkan antar bahasa yang tidak dapat ia
mengerti. Sehingga petani akan lebih mudah memahami dan mengetahui informasi
yang diperoleh.
7.
Flash
Disk
Flas disk yaitu sebuah peralatan yang berbentuk universal
serial bus dapat dimanfaatkan oleh petani sebagai media menyimpan data dalam
jumlah banyak.
8.
Televisi
Televisi adalah peralatan teknologi yang dapat digunakan
petani untuk memperoleh informasi dalam bentuk gambar bergerak / video secara
langsung .
9.
Radio
Fungsi dan manfaat radio tidak jauh berbeda dengan
televisi. Hanya saja informasi yang diperoleh dari radio berupa suara dari
station pemancar melalui frekuensi yang telah ditetapkan.
10. Koran
Koran merupakan media cetak yang dapat digunakan petani
untuk memperoleh informasi yang berupa tulisan dan gambar yang terbit setiap
hari.
11. Majalah
Majalah merupakan media cetak yang dapat dimanfaatkan
petani untuk mencari sebuah informasi
yang berupa tulisan dan gambar yang terbit secara rutin setiap minggu atau
bulanan.
12. Telepon
Telepon merupakan media teknologi komunikasi yang dapat dimanfaatkan oleh
petani untuk berkomunikasi antara dua orang atau lebih.
13. Internet
Internet merupakan media TIK yang dapat membantu petani dalam berkomunikasi
dan memperoleh informasi.
14. Email
Email merupakan media komunikasi yang dapat dimanfaatkan oleh petani untuk
berkirim informasi atau data melalui internet. Komunikasi melalui email dinilai
lebih efisien selain tidak perlu membayar proses pengirimannya, proses
pengirimannya sangat cepat sampai kepada yang dituju.
15. POS
Pos merupakan media yang dapat dimanfaatkan petani untuk pengiriman data
melalui jasa pengiriman paket pos. Namun proses pengirimannya membutuhkan waktu
yang cukup lama.
BAB
III
METODE
PENULISAN
Dalam karya tulis ilmiah yang berjudul Teknologi
Informasi dan Komunikas (TIK) Dalam Pembangunan di Bidang Pertanian ini, metode
yang digunakan yaitu penyelidikan deskriptif yang tertuju pada pemecahan
masalah dengan cara menuturkan, mengkaji atau menganalisa, dan mengklasifikasi
serta menginterpretasikan mengenai masalah – masalah yang berkaitan dengan
topik karya tulis ilmiah dari berbagai sumber pustaka.
Pada penyelidikan, digunakan beberapa teknik diantaranya
: teknik studi kasus, studi waktu, dan analisa tingkah laku.
Penulisan karya tulis ilmiah ini dilaksanakan pada
tanggal 9 April 2012 s.d 19 April 2012 di Bandar Lampung.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Dari
berbagai literatur yang telah dikumpulkan, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel
1. Data Pengguna Internet di Wilayah Asia Pada Tahun 2011
Tabel 2. Data Rangking Top 10 Pengguna Internet di Asia tahun
2011
Dari sumber yang telah diperoleh, ternyata perkembangan
TIK sudah sangat pesat yaitu ditandai dengan banyaknya jumlah pengguna internet
di kawasan Asia pada umumnya dan khususnya pada Indonesia. Indonesia meraih posisi 5 besar dari 28 Negara di kawasan Asia sebagai penyuplai pengguna internet. Berdasarkan analisa data, Indonesia
menempati urutan keempat setelah China, India, dan Jepang. Dari 245.613.043 jiwa jumlah penduduk indonesia yang ada di tahun 2011, 39.600.000 yang
telah menjadi pengguna internet. Hal ini membuktikan bahwa tingginya antusias dari
masyarakat Indonesia dalam menyambut perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi yang seiring muncul dalam arus globalisasi.
Sebagai negara pengguna internet tertinggi, China
merupakan negara yang patut kita contoh pembangunan pertaniannya. China menunjukkan
kehebatan mereka dalam memproduksi sayur, buah, ikan, dan produk ternak yang
berkualitas. Produksi hortikultura China terus meningkat. Luas lahan untuk
sayuran dari 10,5 juta hektar pada 1996 menjadi 18 juta hektar pada 2003. Luas
lahan produksi buah-buahan naik dari 8,1 juta hektar menjadi 9,4 juta hektar.
Berdasarkan literatur, buah-buahan dari China kini sudah menyebar di seluruh
belahan dunia, mulai dari supermarket dan toko buah kelas atas, sampai ke
tukang buah pinggir jalan di ujung-ujung gang negeri ini. Semua itu adalah buah
dari kesungguhan serta kegigihan mereka membangun dan mengembangkan dunia
pertanian. Sampai saat ini pun produk pertanian China masih mendominasi pasar
bahan pangan dunia. Hal ini tentunya tidak terlepas dari peranan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) yang dapat berkembang dengan baik di wilayah
petani-petani China.
Negara pengguna internet terbanyak kedua di Asia adalah India. India
merupakan sebuah negara yang sektor pertaniannya maju. Ada tiga kunci sukses
keberhasilan pembangunan pertanian India: kebijakan makro yang mendorong
kemajuan sektor pertanian, dukungan sumber daya manusia yang terintegrasi, dan
semangat petani. Peningkatan produksi pangan India lepas itu diawali dengan
kebijakan makro yang berpihak pada sektor pertanian. Anggaran besar-besaran dialokasikan untuk
pembangunan jaringan irigasi dan pabrik pupuk. Pabrik pupuknya terbesar kedua
setelah China. Kebijakan juga terasa kuat dalam pengembangan sumber daya
manusia. Saat ini di India sudah ada 40 universitas yang melahirkan 32.000
sarjana per tahun. Sasaran utama, membangun SDM berkualitas yang mau ke desa
untuk melakukan riset dan membangun pertanian. Jaringan informasi dan
komunikasi yang berkembang sangat cepat. Jumlah koneksi internet di India telah
menyeberangi tanda dua juta dan jumlah sambungan telepon lebih dari 22 juta.
Konektivitas internet telah menyentuh hampir semua kabupaten di negara ini dan
bergerak turun ke tingkat blok dan Mandal. Pilot proyek yang dapat
menghubungkan masyarakat pedesaan ke ruang cyber sedang berlangsung di berbagai
lokasi.
Setelah India, negara pengguna internet terbanyak adalah negara Jepang.
Jepang merupkan negara yang sektor pertaniannya pun tidak kalah bersaing dengan
pertanian di negara-negara maju lainnya. Menurut informasi yang diperoleh,
porsi lahan pertanian Jepang hanya 25% dari total wilayahnya yang sebagian
besar berupa pegunungan. Namun jumlah yang kecil tersebut mampu memberikan
kontribusi yang besar terhadap perekonomian Jepang. Hal ini dilatarbelakangi
oleh sumber daya alam yang miskin, Jepang menjadi bangsa yang berpola fikir
untuk selalu berkreasi dan menciptakan di segala bidang termasuk bidang
pertaniannya. Penerapan teknologi komunikasi dan informasi contohnya yaitu
metode penyuluhan yang ada di Jepang. Di Jepang, formulasi penyebaran informasi
sebagai promosi, mengawali kegiatan penyuluhan dan komunikasi inovasi
teknologi, bertumpu pada penggunaan komputer dan teknologi informasi yang lebih
efektif dan efisien. Materi informasinya bukan hanya inovasi teknologi, tetapi
juga inovasi kelembagaan, metode penyelenggaraan penyuluhan, serta ilmu
pengetahuan dan teknologi lainnya. Pemeran utama dalam hal ini justru bukan
semata dari kelembagaan Pemerintah Jepang, melainkan juga dari Organisasi Non
Pemerintah yaitu Asosiasi Pembangunan dan Penyuluhan Pertanian Jepang (Japan
Agricultural Development and Extension Assosiation).
Banyaknya pengguna internet berbanding lurus dengan
kemajuan suatu negara. Dengan mengetahui jumlah pengguna internet yang ada di
Indonesia, seharusnya sektor pertanian Indonesia saat ini dapat bersaing dengan
negara seperti China, India dan Jepang. Karena Indonesia sudah menjadi negara 5
besar penyuplai pengguna internet setelah negara-negara tersebut. Lalu mengapa
sektor pertanian indonesia sampai saat ini dinilai masih tertinggal jauh dari
pertanian negara-negara-negara penyuplai pengguna internet terbanyak? Hal ini
dikarenakan diduga kuat hadirnya internet belum optimal dirasakan oleh
masyarakat khususnya petani. Nampak jelas dari jumlah penduduk yang ada, baru
sekitar 16,12 % masyarakat Indonesia yang dapat menggunakan internet.
Di Indonesia
sendiri masih terdapat banyak daerah-daerah yang sektor pertaniannya tertinggal
namun juga ada pertaniannya sudah dinilai maju. Jawa Barat merupakan salah satu
provinsi termaju di bidang pertanian dalam arti luas. Bahkan muatan visi pembangunan
daerah provinsi ini memberikan porsi utama terhadap terwujudnya sektor
pertanian termaju dii Indonesia. Selain itu, Jawa Barat juga menempatkan sektor
perikanan dan kelautan sebagai salah satu kor-bisnis ( bussiness core) utama di
wilayahnya. Berbanding terbalik dengan salah satu daerah di provinsi Banten,
yaitu daerah Pandeglang. Pandeglang merupakan daerah yang pertaniannya dinilai
tertinggal. Mengapa hal ini bisa terjadi? Hal ini dikarenakan erat kaitannya
dengan TIK yang diterima di daerah pandeglang, terbatasnya infrastruktur
perhubungan, rendahnya produktivitas sektor pertanian,, banyaknya
lahan di Pandeglang yang berubah fungsi dari yang semula lahan pertanian
menjadi rumah atau perumahan. Sementara, lahan pengganti tidak disediakan
Tabel 3. Persentase Tingkat Pendidikan Petani Indonesia Tahun 2009
( Menurut Tri Wahyu
Cahyono )
Pendidikan
|
Persentase
|
SD
|
36,2%
|
SLTP
|
35,4%
|
SMU
|
24%
|
Perguruan Tinggi
|
4,4%
|
Faktor
penyebab lambatnya aplikasi internet pada petani Indonesia dapat disinyalir dari
usia produktif petani dan rendahnya tingkat pendidikan para petani. Jika penulis
analisa dari berbagai studi kasus, peranan pendidikan petani juga membawa
pengaruh besar terhadap distribusi teknologi secara tepat guna. Dari sumber
yang penulis peroleh, persentase
pendidikan petani lulusan SD menempati posisi pertama kemudian diikuti
oleh pendidikan tingkat SLTP sebagai posisi tertinggi ke 2. Hal ini
mencerminkan rendahnya tingkat pendidikan SDM (Sumber Daya Manusia) petani
Indonesia. Dengan rendahnya tingkat pendidikan petani, secara tidak langsung
berpengaruh terhadap pengetahuan yang dimiliki. Petani dengan pendidikan rendah
tentunya akan memiliki pengetahuan yang rendah pula. Selain rendahnya tingkat
pendidikan petani, usia petani berpengaruh besar terhadap lambatnya penyaluran
informasi. Petani dengan usia tidak produktif umumnya sulit untuk menerima
teknologi baru. Kondisi demikian diyakini sebagai salah satu yang berdampak pada tingkat inovasi teknologi dan
daya saing pertanian Indonesia. Faktor rendahnya usia produktif yang
berinovasi. Berdasarkan sumber yang telah diperoleh, petani dengan usia diatas
45 tahun menempati jumlah terbanyak dalam berinovasi, kemudian petani dengan
usia 35-45 tahun menempati urutan kedua, usia 25-35 tahun ada pada urutan ke 3
dan di bawah usia 25 tahun menempati urutan ke 4. Persentase usia
produktif yang berinovasi justru lebih rendah dibanding dengan usia di atas 45
tahun. Hal ini dikarenakan generasi usia produktif lebih memilih bidang lain
yang dianggap lebih menarik dan berkompeten, serta dapat menjamin masa depan
yang cerah. dibandingkan bidang pertanian.
Adanya permasalahan-permasalahan ini, memunculkan suatu pemikiran untuk
mencari solusi alternatif dalam mengatasi keterbatasan-keterbatasan sektor
pertanian secara efektif dan efisien. Dengan tujuan meningkatkan pembangunan
sektor pertanian. Sehingga luaran yang diharapkan pertanian Indonesia tidak
lagi kalah bersaing dengan pertanian di negara-negara maju seperti China, India
dan Jepang. Hal ini tentunya bukan hal yang mudah, namun jika petani Indonesia
memiliki tekat yang kuat dan semangat yang tinggi untuk maju tentunya ini bukan
hanya sekedar dalam angan belaka. Keberhasilan dan kecepatan dalam pembangunan
pertanian , sangat bergantung kepada pilihan strategi dan kebijakan yang harus
ditentukan oleh pemerintah.
Upaya-upaya
yang harus dilakukan diantaranya yaitu :
1.
Mengembangkan Infrastruktur TIK untuk menghubungkan para pihak, dengan cara :
·
ICT
(Internet) dan Satcom (Satelit Komunikasi linkage), koneksi video conference ke
semua daerah.
- Penyediaan
perangkat keras dan perangkat lunak untuk semua institusi di atas.
- Membuat pelatihan TIK/ICT dan
Konsultasi infrastruktur di tingkat gapoktan, daerah atau bahkan sampai
pada tingkat nasional.
- Mengembangkan
IT strategi, misalnya membentuk divisi IT pada struktur gapoktan.
2. Kebijakan pembangunan pertanian jangka
panjang. Kebijakan pembangunan
pertanian yang diambil telah diperhitungkan memiliki efek jangka panjang untuk
keberlangsungan pertanian itu sendiri. Selain itu beberapa kebijakan saling mendukung untuk memunculkan pengaruh
yang besar.
3. Meningkatkan aplikasi penggunaan teknologi
informasi pada penyuluhan. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di bidang
pertanian sangat penting, aplikasi TIK dapat kita terapkan pada saat penyuluhan
pertanian Dengan dilengkapinya akses internet di Balai Penyuluhan Pertanian,
hal ini akan memudahkan petani memperoleh informasi berupa inovasi teknologi
dan kelembagaan yang dibutuhkannya dalam mengupayakan kesejahteraan masyarakat
tani yang menjadi tugas pokok, fungsinya serta tanggung jawabnya.
4. Menerapkan metode aplikasi teknologi komunikasi dan informasi pada berbagai
kegiatan seperti pada kegiatan penyuluhan dan pendidikan serta pelatihan
berinternet. Dengan menerapkan TIK, seperti penggunaan komputer dan teknologi
informasi secara efektif dan efisien pada penyuluhan, pendidikan dan pelatihan
ketrampilan berinternet. Sebelum mengawali kegiatan tersebut, petani diberikan
suatu informasi dan memberikan inovasi
teknologi terkait pertanian. Bukan hanya inovasi teknologi, tetapi juga inovasi kelembagaan pertanian serta
ilmu pengetahuan dan teknologi lainnya. Metode yang diterapkan dapat berupa sosialisasi dan demonstrasi langsung
kepada para petani.
5. Mendirikan kios-kios informasi untuk para petani. Dengan didirikannya
kios-kios informasi bagi para petani, memperoleh informasi-informasi terkini
terkait dengan pertanian.
6. Membuat mekanisme pengemasan informasi
bagi lembaga – lembaga pertanian yang berpartisipasi:
- Peningkatan kapasitas dari semua ahli
penyuluhan dalam pengemasan
informasi
- integrasi data pemasaran pertanian (termasuk harga
pasar, proyeksi pemasaran negara / kabupaten tertentu)
- Integrasi informasi tentang berbagai mata
pelajaran seperti Peternakan / Hortikultura / Sericulture dll dengan
informasi penyuluhan (secara holistik bagi para petani.
Mekanisme
pengemasan informasi ini, dapat diterapkan melalui sistem pendekatan
organisatoris petani baik secara nasional maupun lokal. Berikut
adalah bagan yang seharusnya diterapkan dalam mengemas suatu informasi secara
nasional.
Gambar 1. Mekanisme modifikasi aplikasi teknologi informasi dalam
akses informasi mendukung pembangunan pertanian secara nasional (dimodifikasi dari Mulyandari 2005).
Sumber
(Internet, penyuluh dll.)
GAPOKTAN
( 1 Kelompok )
Akses
Pengelolaan
-
Kaji Terap
-
Kaji Tindak
Kelompok
Aplikasi
Gambar 2. Mekanisme modifikasi aplikasi teknologi informasi dalam
akses informasi mendukung pembangunan pertanian secara lokal.
7. Melakukan sosialisai sistem pertanian modern. Dengan
mensosialisasikan dan menerapkan sistem pertanian modern, selain memudahkan
petani, akan menarik partisipasi dari generasi muda (usia produktif) dalam
mengembangkan pertanian. Sehingga dapat merubah pola pikir tentang pertanian yang
sekarang sedang berkembang pada generasi usia produktif.
Upaya-upaya tersebut perlu dioptimalkan demi
terselenggaranya pembangunan sistem
pertanian yang tangguh. Ini akan terealisasi dengan baik jika seluruh instansi
pemerintah dan petani yang terkait saling mendukung dan bekerja sama.
Pembangunan negeri ada ditangan kita bersama. Jika tidak sekarang, kapan lagi?
Jika bukan kita, siapa lagi?
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil studi kasus yang telah dilakukan, diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1.
TIK berpengaruh besar
terhadap perkembangan dan pembangunan di bidang pertanian.
2.
Distribusi TIK kepada
masyarakat khususnya masyarakat tani di Indonesia dinilai masih sangat lemah.
3.
Upaya - upaya perlu dilakukan
untuk memasyarakatkan TIK dan mengaplikasikan
TIK secara merata pada masyarakat dimulai dari tingkat lokal hingga tingkat
nasional.
5.2 Saran
1.
Pada penulisan ini, belum dapat dilakukan teknik survei jumlah petani yang
mampu mengakses berbagai macam teknologi, pada penulisan selanjutnya diharapkan
dapat mengembangkan dengan melakukan survei lapang petani yang mampu mengakses
peralatan TIK.
2.
Pada penulisan ini, menganalisa TIK dalam pembangunan di bidang pertanian, pada
penulisan selanjutnya diharapkan dapat menganalisa TIK dalam segala bidang
pembangunan.
DAFTAR PUSTAKA
Rejntjes,
Coen.dkk.1999.Pertanian Masa Depan.Yogyakarta:Kanisius
Arifin,
Anwar.1988.Ilmu Komunikasi.Jakarta:Rajawali Pers.
http://inna162.wordpress.com/2009/12/15/teknologi-informasi-dan-komunikasi-di-bidang-pertanian/http://www.harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=13896:pessel-genjot-sektor-pertanian&catid=10:rubrik-daerah&Itemid=75
BIODATA
Nama
: Fuji Astuti
TTL
: Banyurejo, 08 September 1992
Alamat :
Braja Sakti 3, Way Jepara, Lampung Timur
No. HP :
085768428954
Alamat e-mail : fuezii45@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
1) TK ABA Braja Asri, Way Jepara, Lampung Timur
tahun 1998
2) SD Negeri 4 Braja Sakti Way Jepara, Lampung Timur tahun
2004
3)
SMP Negeri 1 Way Jepara, Lampung Timur
tahun 2007
4)
SMA Negeri 1 Way Jepara, Lampung Timur
tahun 2010
5) Sedang menjadi mahasiswa Politeknik Negeri Lampung
semester 4 program studi
hortikultura.